PENEBANGAN KAYU DI HUTAN HUJAN
Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan hujan.

Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan.

Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar.

Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan hujan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek semacam itu biasanya tidak terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan populasi manusia yang besar, curamnya peningkatan jumlah orang yang menebangi pohon di suatu wilayah hutan hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai contoh, beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar kamp-kamp pengungsian di Afrika Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan seluruh pohonnya.

Perusakan hutan bisa membuat kita sakit
Kegiatan penebangan, perburuan, pertanian, dan pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan yang berhutan telah merubah keseimbangan biologi yang sangat rentan. Kadang-kadang hal ini baik untuk kesehatan manusia, tetapi dapat pula menimbulkan akibat sebaliknya. Salah satunya adalah seperti yang diuraikan dalam "Biodiversity: Its Importance to Human Health" (Keanekaragaman hayati: Pentingnya bagi kesehatan manusia) yang dirangkum oleh Eric Chivian dari Harvard Medical School. Dalam buku ini telah dijelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

Kegiatan manusia di dalam hutan dapat merubah suhu udara setempat, mempengaruhi kelembaban udara, mengurangi populasi predator, dan merubah struktur vegetasi pada suatu kawasan. Selain itu, kegiatan ini kadang-kadang juga dapat meningkatkan populasi nyamuk, lalat, tikus, kelelawar, serta serangga yang dapat menyebarkan berbagai penyakit. Pemukiman yang berdekatan dengan batas hutan dapat mempermudah manusia terkena penyakit yang ada di sana seperti malaria, demam kuning (yellow fever), leishmaniasis (semacam penyakit kulit), penyakit Chagas (semacam malaria di Amerika latin), dan penyakit tidur berkepanjangan di Afrika. Demikian pula apabila terlalu banyak mengkonsumsi daging satwa liar dapat mempermudah penularan penyakit dari satwa liar kepada manusia.

Kegiatan penebangan hutan telah menyebabkan malaria lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah Asia Tenggara dan Amazon. Kegiatan penebangan juga telah menciptakan kolam-kolam baru dengan air yang tergenang, dan membuat tempat lain menjadi kurang asam. Tempat seperti ini biasanya disukai nyamuk yang menyebarkan malaria.

Asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang hebat pada tahun 1997/1998 kemungkinan menyebabkan banyak pohon tidak dapat berbunga dan berbuah. Untuk memperoleh makanannya, kelelawar pemakan buah berpindah ke pohon-pohon berbuah yang berada di peternakan babi di Malaysia. Kelelawar-kelelawar tadi membawa virus Nipah yang mematikan kepada babi-babi tersebut, yang kemudian berpindah kepada manusia. Hal ini pada akhirnya memaksa Pemerintah untuk memusnahkan sejumlah besar babi tersebut.

Pengrusakan hutan mungkin juga telah memicu wabah penyakit Lyme di bagian Timur Laut Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan banyak binatang pemakan atau binatang pesaing tikus berkaki putih menghilang, dan populasi tikus ini berkembang. Tikus-tikus ini membawa bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme untuk kemudian berpindah kepada manusia.

Tiga perempat penyakit manusia yang baru dikenal di dunia dan sekarang telah berkembang pada awalnya bersumber dari binatang. Manusia terkena penyakit tersebut setelah memakan daging binatang yang membawa bibit penyakit tersebut. Hal inilah barangkali yang menyebabkan bagaimana penyakit HIV/AIDS muncul dan di masa mendatang terdapat resiko yang tinggi akan virus-virus semacam ini yang mungkin dapat ditularkan dari binatang jenis primata kepada manusia. Mengkonsumsi daging satwa liar juga berkaitan dengan berjangkitnya penyakit antraks dan wabah penyakit lainnya.

Kebakaran hutan dan deforestasi juga telah berpengaruh terhadap pemanasan bumi (global warming). Hal ini lebih lanjut berkaitan dengan menyebarnya penyakit demam berdarah, malaria, demam kuning, dan radang otak di wilayah-wilayah yang pada waktu sebelumnya tidak pernah terkena penyakit-penyakit tersebut.

Mengganggu ekosistem hutan tidak selalu menimbulkan akibat negatif terhadap kesehatan manusia sebagaimana diuraikan dalam tulisan ini. Namun demikian, hal ini cukup sering terjadi, sehingga memerlukan perhatian kita. Alasannya karena cara manusia merusak hutan pada saat ini telah cukup membuat kita menjadi sakit.

(http://www.cifor.cgiar.org/Publications/Polex/PolexDetail.htm?&pid=561)
0 Responses

Posting Komentar